Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025
  Fenomena Fantasi Sedarah di Facebook: Krisis Moral dan Tanggung Jawab Digital Fenomena yang disebut “fantasi sedarah” belakangan ini menjadi perbincangan hangat di Facebook. Diskusi yang seharusnya mendapatkan perhatian serius malah menjadi viral, sering kali dibahas dengan nada bercanda, bahkan oleh sebagian pengguna dianggap sebagai “tren imajinatif”. Ironisnya, di tengah masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai agama dan budaya timur, isu ini justru mendapat tempat yang cukup besar di media sosial tanpa adanya penyaringan yang berarti. “Fantasi sedarah” mengacu pada keinginan seksual terhadap anggota keluarga dekat, seperti ayah, ibu, saudara, dan kerabat lainnya. Walaupun tidak semua wujud fantasinya bersifat riil, peredarannya dalam bentuk tulisan, cerita fiksi, atau postingan di media sosial berpotensi membentuk pandangan publik yang menerima perilaku menyimpang. Ini berbahaya karena dapat menganggap normal narasi yang sangat bertentangan dengan etika agama, hukum, dan sos...
Semen Padang Bertahan di Liga 1: Harapan Sumatera yang Tak Padam Ketika peluit panjang dibunyikan kemarin sore, Stadion Haji Agus Salim bergemuruh oleh suporter yang senantiasa menyaksikan dan mendukung Semen Padang FC yang akhirnya memastikan tempatnya di Liga 1 musim depan. Bukan hanya soal kemenangan dalam pertandingan, tapi tentang semangat bertahan, perjuangan panjang, dan harapan yang terus menyala bagi satu-satunya wakil Pulau Sumatera di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Kemenangan ini bukan hanya milik tim atau manajemen, tapi milik seluruh masyarakat Ranah Minang dan Sumatera. Di tengah dominasi klub-klub dari Jawa, Semen Padang membuktikan bahwa semangat juang, kekompakan, dan loyalitas suporter bisa menjadi senjata utama untuk melawan tekanan degradasi. Musim ini jelas bukan musim yang mudah. Pasang surut performa membuat Semen Padang berkali-kali berada di zona merah. Namun, tim ini tidak menyerah. Pelatih, pemain, hingga pendukung—The Kmers—berdiri bersama menjaga asa...
IndonesiaGelapAwet: Sindiran Warganet Saat Listrik Padam Berkepanjangan   Tagar #IndonesiaGelapAwet belakangan ini ramai di media sosial, mencuat sebagai respons warganet terhadap pemadaman listrik bergilir yang melanda sebagian wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera dan Jawa. Unggahan bernada satire, protes, hingga meme lucu mewarnai linimasa X (sebelumnya Twitter), mengungkap keresahan publik yang sudah muak dengan mati lampu berkepanjangan. Dalam beberapa hari, tagar ini menjadi trending topic nasional. Warganet menyindir kondisi yang dianggap tak kunjung membaik, dengan gaya khas netizen Indonesia: antara kesal, kreatif, dan jenaka. “Hidup sehat dimulai dari #IndonesiaGelapAwet: tidur lebih cepat, lebih banyak ngobrol sama tetangga, dan hemat listrik—karena gak ada listrik.” — tulis akun X @lampunyaoff PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa gangguan listrik yang terjadi sejak Senin (20/5/2025) disebabkan oleh gangguan sistem transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)...
Indonesia Rencanakan Batas Usia Minimum untuk Pengguna Media Sosial PadaJanuari 2025, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan regulasi untuk menetapkan usia minimum bagi pengguna media sosial. Langkah ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari risiko online, seperti konten tidak pantas dan eksploitasi digital. Presiden Prabowo Subianto mendukung penuh inisiatif ini.  Meskipun usia minimum yang akan ditetapkan belum diumumkan, kebijakan ini terinspirasi oleh keputusan Australia yang melarang anak di bawah 16 tahun mengakses media sosial, dengan sanksi bagi platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok jika tidak mematuhi aturan tersebut.  Sementara menunggu undang-undang resmi, pemerintah Indonesia berencana menerapkan pedoman perlindungan anak bagi perusahaan media sosial. Aturan ini akan menekankan perlindungan anak dari bahaya fisik, mental, dan moral tanpa sepenuhnya membatasi akses mereka ke media sosi...
Demo Besar Ojol 20 Mei 2025: 25 Ribu Driver Matikan Aplikasi, Ini Tuntutannya Pada Selasa, 20 Mei 2025, sekitar 25.000 pengemudi ojek online (ojol) di seluruh Indonesia melakukan aksi mogok massal dengan mematikan aplikasi selama beberapa jam. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan tarif baru yang dianggap merugikan pengemudi. Aksi ini dipicu oleh kebijakan platform ojol yang menetapkan tarif baru yang lebih rendah, sementara biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan kendaraan terus meningkat. Para pengemudi merasa bahwa pendapatan mereka semakin menurun, sementara tuntutan kerja semakin berat. Dalam aksi tersebut, pengemudi menyampaikan beberapa tuntutan utama, antara lain: 1. Peninjauan kembali kebijakan tarif yang lebih adil dan transparan. 2. Peningkatan fasilitas dan dukungan dari platform ojol. 3. Penyediaan asuransi kesehatan dan kecelakaan yang memadai. 4. Dialog terbuka antara pengemudi dan manajemen platform untuk mencari solusi bersama. Respons Pemerin...