Langsung ke konten utama

IndonesiaGelapAwet: Sindiran Warganet Saat Listrik Padam Berkepanjangan

 

Tagar #IndonesiaGelapAwet belakangan ini ramai di media sosial, mencuat sebagai respons warganet terhadap pemadaman listrik bergilir yang melanda sebagian wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera dan Jawa. Unggahan bernada satire, protes, hingga meme lucu mewarnai linimasa X (sebelumnya Twitter), mengungkap keresahan publik yang sudah muak dengan mati lampu berkepanjangan.

Dalam beberapa hari, tagar ini menjadi trending topic nasional. Warganet menyindir kondisi yang dianggap tak kunjung membaik, dengan gaya khas netizen Indonesia: antara kesal, kreatif, dan jenaka.

“Hidup sehat dimulai dari #IndonesiaGelapAwet: tidur lebih cepat, lebih banyak ngobrol sama tetangga, dan hemat listrik—karena gak ada listrik.”
— tulis akun X @lampunyaoff

PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa gangguan listrik yang terjadi sejak Senin (20/5/2025) disebabkan oleh gangguan sistem transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kV Linggau–Lahat, yang berakibat pada hilangnya pasokan listrik di sejumlah Gardu Induk (GI) di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Tengah.

“PLN memohon maaf atas pemadaman yang terjadi di beberapa wilayah. Kami terus berupaya mempercepat pemulihan sistem kelistrikan dan melakukan investigasi untuk mencegah gangguan serupa,” ujar Gregorius Adi Trianto, EVP Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, dikutip dari CNN Indonesia (20 Mei 2025).

Meski pemulihan bertahap sudah dilakukan, sebagian wilayah masih mengalami pemadaman bergilir selama beberapa jam per hari, terutama di sore dan malam.

Meski dilanda gangguan, publik memilih jalan kreatif untuk bersuara. Meme bertemakan lilin, senter, dan "back to nature" membanjiri media sosial. Kritik tak hanya dilontarkan ke PLN, tapi juga kepada pemerintah yang dinilai lamban dalam memperkuat infrastruktur energi.

“PLN ngajarin mindfulness: tanpa listrik, kamu lebih fokus sama detak jantung sendiri.”
— tulis akun @mati_hati_lampu

Bagi masyarakat umum, pemadaman listrik bukan sekadar ketidaknyamanan. Pelaku UMKM mengeluh rugi karena alat produksi berhenti. Mahasiswa kesulitan mengikuti kuliah daring atau mengerjakan tugas. Sementara itu, aktivitas rumah tangga seperti memasak dan menyimpan bahan makanan juga terganggu.

Di beberapa daerah seperti Padang, Pekanbaru, Medan, dan Palembang, warganet mengunggah video suasana kota yang gelap gulita pada malam hari, disertai suara mesin genset bersahutan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial tetap menjadi sarana efektif bagi warga untuk menyampaikan kritik. Tagar seperti #IndonesiaGelapAwet bukan sekadar tren, tetapi menjadi bentuk kontrol sosial di era digital. Kritik yang viral di media sosial dapat menjadi tekanan moral bagi penyedia layanan publik untuk bertanggung jawab dan mempercepat perbaikan.

Catatan Redaksi:
Artikel ini ditulis berdasarkan informasi terkini dari CNN Indonesia, Kompas.com, dan laporan pemantauan media sosial. Seluruh kutipan dalam artikel ini dapat diverifikasi dan tidak fiktif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

                                                       Litera Suara Komunitas Peneliti Muda  Litera" berasal dari kata "Literasi" dan " Literatur ". Nama ini menekankan pentingnya literasi ilmiah dan kemampuan membaca, menulis, serta berpikir kritis yang merupakan dasar dari kegiatan penelitian. Selain itu, kata “ literatur ” juga sering digunakan dalam dunia riset sebagai rujukan utama untuk studi pustaka atau referensi. Simpel, mudah diingat, dan bernuansa akademik:  "LITERA" terdengar profesional tapi tetap ringan dan familiar di telinga mahasiswa atau pemuda, sehingga cocok digunakan sebagai nama media komunitas yang bergerak di bidang ilmiah.  Media komunitas LITERA menyasar segmen audiens yang spesifik namun strategis, yaitu mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam komunitas akademik dan memiliki minat terhadap kegiatan penelit...

Membangun fondasi literasi yang kuat untuk masa depan

Angka-angka berbicara, dan kali ini, mereka membunyikan alarm darurat literasi di Indonesia. Di tengah gemuruh era digital dan limpahan informasi, fakta miris menunjukkan bahwa minat membaca masyarakat kita, khususnya anak-anak, masih terpuruk di titik terendah. Kondisi ini, jika dibiarkan, berpotensi menjadi penghambat utama kemajuan bangsa di masa depan. Menurut data UNESCO, minat membaca di Indonesia hanya mencapai 0,001%. Angka ini berarti jika di analogikan, dari setiap seribu orang Indonesia, hanya satu yang memiliki minat baca. Sebuah riset dari Central Connecticut State University pada Maret 2016 bahkan menempatkan Indonesia di posisi ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca, hanya selangkah di atas negara Botswana. Ini adalah ironi besar bagi negara dengan kekayaan budaya dan potensi yang melimpah ruah. Konsep literasi saat ini telah berkembang jauh melampaui sekadar kemampuan membaca dan menulis. Literasi modern mencakup kapasitas untuk memahami informasi, berpikir kritis...
 Urgensi, Tantangan, dan Strategi Penguatan Literasi Media di Era Digital   Literasi media menjadi kompetensi esensial di era digital yang ditandai dengan arus informasi yang deras dan cepat. Kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan konten media secara kritis merupakan syarat utama untuk menjadi warga digital yang bijak dan bertanggung jawab. Artikel ini membahas urgensi literasi media dalam kehidupan masyarakat modern, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, serta strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat kapasitas literasi media, terutama di kalangan generasi muda. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara manusia mengakses dan memproduksi informasi. Internet, media sosial, dan berbagai platform digital memungkinkan pertukaran informasi berlangsung secara instan tanpa batasan geografis. Di tengah kemudahan tersebut, muncul tantangan serius berupa misinformasi, disinformasi, hoaks...