Langsung ke konten utama

Demo Besar Ojol 20 Mei 2025: 25 Ribu Driver Matikan Aplikasi, Ini Tuntutannya


Pada Selasa, 20 Mei 2025, sekitar 25.000 pengemudi ojek online (ojol) di seluruh Indonesia melakukan aksi mogok massal dengan mematikan aplikasi selama beberapa jam. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan tarif baru yang dianggap merugikan pengemudi.

Aksi ini dipicu oleh kebijakan platform ojol yang menetapkan tarif baru yang lebih rendah, sementara biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan kendaraan terus meningkat. Para pengemudi merasa bahwa pendapatan mereka semakin menurun, sementara tuntutan kerja semakin berat.

Dalam aksi tersebut, pengemudi menyampaikan beberapa tuntutan utama, antara lain:

1. Peninjauan kembali kebijakan tarif yang lebih adil dan transparan.

2. Peningkatan fasilitas dan dukungan dari platform ojol.

3. Penyediaan asuransi kesehatan dan kecelakaan yang memadai.

4. Dialog terbuka antara pengemudi dan manajemen platform untuk mencari solusi bersama.

Respons Pemerintah dan Platform Ojol

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menyatakan akan memfasilitasi dialog antara pengemudi dan platform ojol untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Sementara itu, beberapa platform ojol menyatakan komitmennya untuk mengevaluasi kebijakan tarif dan meningkatkan kesejahteraan pengemudi.

Aksi mogok ini menyebabkan gangguan layanan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Masyarakat yang bergantung pada layanan ojol untuk mobilitas sehari-hari merasa kesulitan, sementara pengemudi berharap aksi ini dapat membawa perubahan positif bagi kondisi kerja mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

                                                       Litera Suara Komunitas Peneliti Muda  Litera" berasal dari kata "Literasi" dan " Literatur ". Nama ini menekankan pentingnya literasi ilmiah dan kemampuan membaca, menulis, serta berpikir kritis yang merupakan dasar dari kegiatan penelitian. Selain itu, kata “ literatur ” juga sering digunakan dalam dunia riset sebagai rujukan utama untuk studi pustaka atau referensi. Simpel, mudah diingat, dan bernuansa akademik:  "LITERA" terdengar profesional tapi tetap ringan dan familiar di telinga mahasiswa atau pemuda, sehingga cocok digunakan sebagai nama media komunitas yang bergerak di bidang ilmiah.  Media komunitas LITERA menyasar segmen audiens yang spesifik namun strategis, yaitu mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam komunitas akademik dan memiliki minat terhadap kegiatan penelit...

Membangun fondasi literasi yang kuat untuk masa depan

Angka-angka berbicara, dan kali ini, mereka membunyikan alarm darurat literasi di Indonesia. Di tengah gemuruh era digital dan limpahan informasi, fakta miris menunjukkan bahwa minat membaca masyarakat kita, khususnya anak-anak, masih terpuruk di titik terendah. Kondisi ini, jika dibiarkan, berpotensi menjadi penghambat utama kemajuan bangsa di masa depan. Menurut data UNESCO, minat membaca di Indonesia hanya mencapai 0,001%. Angka ini berarti jika di analogikan, dari setiap seribu orang Indonesia, hanya satu yang memiliki minat baca. Sebuah riset dari Central Connecticut State University pada Maret 2016 bahkan menempatkan Indonesia di posisi ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca, hanya selangkah di atas negara Botswana. Ini adalah ironi besar bagi negara dengan kekayaan budaya dan potensi yang melimpah ruah. Konsep literasi saat ini telah berkembang jauh melampaui sekadar kemampuan membaca dan menulis. Literasi modern mencakup kapasitas untuk memahami informasi, berpikir kritis...
 Urgensi, Tantangan, dan Strategi Penguatan Literasi Media di Era Digital   Literasi media menjadi kompetensi esensial di era digital yang ditandai dengan arus informasi yang deras dan cepat. Kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan konten media secara kritis merupakan syarat utama untuk menjadi warga digital yang bijak dan bertanggung jawab. Artikel ini membahas urgensi literasi media dalam kehidupan masyarakat modern, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, serta strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat kapasitas literasi media, terutama di kalangan generasi muda. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara manusia mengakses dan memproduksi informasi. Internet, media sosial, dan berbagai platform digital memungkinkan pertukaran informasi berlangsung secara instan tanpa batasan geografis. Di tengah kemudahan tersebut, muncul tantangan serius berupa misinformasi, disinformasi, hoaks...