Langsung ke konten utama

Indonesia Rencanakan Batas Usia Minimum untuk Pengguna Media Sosial

PadaJanuari 2025, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan regulasi untuk menetapkan usia minimum bagi pengguna media sosial. Langkah ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari risiko online, seperti konten tidak pantas dan eksploitasi digital. Presiden Prabowo Subianto mendukung penuh inisiatif ini. 

Meskipun usia minimum yang akan ditetapkan belum diumumkan, kebijakan ini terinspirasi oleh keputusan Australia yang melarang anak di bawah 16 tahun mengakses media sosial, dengan sanksi bagi platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok jika tidak mematuhi aturan tersebut. 

Sementara menunggu undang-undang resmi, pemerintah Indonesia berencana menerapkan pedoman perlindungan anak bagi perusahaan media sosial. Aturan ini akan menekankan perlindungan anak dari bahaya fisik, mental, dan moral tanpa sepenuhnya membatasi akses mereka ke media sosial. 

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menunjukkan bahwa penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5% pada tahun sebelumnya, dengan hampir 50% anak di bawah usia 12 tahun mengakses internet dan menggunakan platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

                                                       Litera Suara Komunitas Peneliti Muda  Litera" berasal dari kata "Literasi" dan " Literatur ". Nama ini menekankan pentingnya literasi ilmiah dan kemampuan membaca, menulis, serta berpikir kritis yang merupakan dasar dari kegiatan penelitian. Selain itu, kata “ literatur ” juga sering digunakan dalam dunia riset sebagai rujukan utama untuk studi pustaka atau referensi. Simpel, mudah diingat, dan bernuansa akademik:  "LITERA" terdengar profesional tapi tetap ringan dan familiar di telinga mahasiswa atau pemuda, sehingga cocok digunakan sebagai nama media komunitas yang bergerak di bidang ilmiah.  Media komunitas LITERA menyasar segmen audiens yang spesifik namun strategis, yaitu mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam komunitas akademik dan memiliki minat terhadap kegiatan penelit...

Membangun fondasi literasi yang kuat untuk masa depan

Angka-angka berbicara, dan kali ini, mereka membunyikan alarm darurat literasi di Indonesia. Di tengah gemuruh era digital dan limpahan informasi, fakta miris menunjukkan bahwa minat membaca masyarakat kita, khususnya anak-anak, masih terpuruk di titik terendah. Kondisi ini, jika dibiarkan, berpotensi menjadi penghambat utama kemajuan bangsa di masa depan. Menurut data UNESCO, minat membaca di Indonesia hanya mencapai 0,001%. Angka ini berarti jika di analogikan, dari setiap seribu orang Indonesia, hanya satu yang memiliki minat baca. Sebuah riset dari Central Connecticut State University pada Maret 2016 bahkan menempatkan Indonesia di posisi ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca, hanya selangkah di atas negara Botswana. Ini adalah ironi besar bagi negara dengan kekayaan budaya dan potensi yang melimpah ruah. Konsep literasi saat ini telah berkembang jauh melampaui sekadar kemampuan membaca dan menulis. Literasi modern mencakup kapasitas untuk memahami informasi, berpikir kritis...
 Urgensi, Tantangan, dan Strategi Penguatan Literasi Media di Era Digital   Literasi media menjadi kompetensi esensial di era digital yang ditandai dengan arus informasi yang deras dan cepat. Kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan konten media secara kritis merupakan syarat utama untuk menjadi warga digital yang bijak dan bertanggung jawab. Artikel ini membahas urgensi literasi media dalam kehidupan masyarakat modern, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, serta strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat kapasitas literasi media, terutama di kalangan generasi muda. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara manusia mengakses dan memproduksi informasi. Internet, media sosial, dan berbagai platform digital memungkinkan pertukaran informasi berlangsung secara instan tanpa batasan geografis. Di tengah kemudahan tersebut, muncul tantangan serius berupa misinformasi, disinformasi, hoaks...